Skip to content
Home » Bolehkah Saat Umroh Berhubungan Suami Istri?

Bolehkah Saat Umroh Berhubungan Suami Istri?

Bolehkah Saat Umroh Berhubungan Suami Istri?

Umroh adalah salah satu ibadah yang sangat dihargai dalam Islam, sering kali dibandingkan dengan haji, meskipun tidak memiliki tingkat kewajiban yang sama. Banyak pasangan suami istri yang memilih untuk melaksanakan umroh bersama, dan ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah boleh berhubungan suami istri saat umroh? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara detail mengenai hukum dan etika hubungan suami istri selama umroh, dengan merujuk kepada sumber-sumber yang ada dalam tradisi Islam.

Pengertian Umroh dan Keutamaannya

Umroh merupakan ibadah yang dilakukan dengan mengunjungi Baitullah (Ka’bah) di Makkah, Saudi Arabia, dan dapat dilakukan kapan saja. Meski tidak seharusnya dilaksanakan pada waktu tertentu seperti haji, umroh juga memiliki keutamaan dan pahala besar. Umroh diartikan sebagai “ziarah” yang dilakukan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keutamaan umroh di antaranya adalah:

  1. Mendapat Pahala: Setiap langkah yang diambil dalam melaksanakan umroh dihitung sebagai amal baik.
  2. Menjadi Saksi Kemanusiaan: Melaksanakan umroh memberi kesempatan untuk merasakan kerinduan umat Muslim di seluruh dunia terhadap Ka’bah.
  3. Menghapus Dosa: Melaksanakan umroh dengan ikhlas dapat menghapus dosa-dosa kecil.

Dengan entitas ibadah yang begitu besar, banyak calon jamaah umroh yang memiliki niatan untuk melaksanakan ibadah ini dengan baik, termasuk bagaimana perilaku selama di Tanah Suci.

Status Hubungan Suami Istri Selama Umroh

Dalam konteks hukum Islam, hubungan suami istri diizinkan dalam keadaan normal. Namun, saat melaksanakan ibadah umroh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya, hubungan fisik antara suami istri diizinkan selama umroh, tetapi dengan beberapa ketentuan. Berikut adalah beberapa poin penting yang harus mereka perhatikan:

  1. Segala Sesuatu Harus Mematuhi Kaidah Ibadah: Ibadah umroh harus tetap menjadi prioritas, dan hubungan suami istri tidak boleh mengganggu pelaksanaan rukun-rukun umroh seperti tawaf, sa’i, dan tahallul.

  2. Melanggar Pantangan Ihram: Suami istri yang sedang dalam keadaan ihram, yang merupakan pakaian kasar yang dikenakan oleh jamaah haji dan umroh, harus menghindari tindakan yang dilarang. Salah satu larangan dalam ihram adalah hubungan seksual. Walau secara umum hubungan suami istri diizinkan dalam Islam, pelanggaran ini akan merusak keadaan ihram dan bisa menimbulkan konsekuensi tertentu.

  3. Adab dan Etika: Mengingat umroh merupakan ibadah, adab dalam bersikap sangat penting. Hubungan suami istri saat umroh harus dilakukan dengan memperhatikan etika dan adab, menghindari perilaku yang mungkin dapat menyinggung orang lain atau mengganggu ketenangan ibadah.

BACA JUGA:   Foto Ibadah Haji dan Umroh

Hukum Islam tentang Hubungan Suami Istri

Dalam Islam, hubungan suami istri adalah bagian yang sangat natural dan menjadi sebuah anugerah. Keduanya saling memiliki hak dan kewajiban. Berdasarkan panduan al-Quran dan hadis, suami istri diperbolehkan untuk saling berhubungan dalam kondisi yang baik, saling menghormati, dan menjaga kehormatan masing-masing.

Hadis yang bisa dijadikan rujukan adalah:

  • Hadis dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mengizinkan bagi kalian hubungan seksual di antara kalian berdua, selagi itu tidak mengganggu ibadah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, penting untuk memahami konteks saat umroh. Di sini, pelaksanaan rukun umroh dan aturan ihram menjadi pendorong untuk mengatur perilaku jamaah.

Etika Berhubungan Suami Istri di Tanah Suci

  1. Menghormati Suasana Ibadah: Mengingat Tanah Suci adalah tempat yang penuh dengan keberkahan, suami istri harus berusaha menjaga nuansa ibadah. Mengutamakan ibadah daripada kesenangan pribadi adalah etika yang tepat.

  2. Berkomunikasi dan Memperhatikan Resepsi: Ini adalah hal penting. Suami istri harus saling berkomunikasi dan memahami situasi dan kondisi saat berada di tempat yang ramai, seperti di sekitar Ka’bah.

  3. Waktu dan Tempat yang Tepat: Memilih waktu dan tempat untuk berinteraksi juga penting. Jangan sampai saat melakukan tawaf atau sa’i malah mengalihkan fokus dari ibadah.

  4. Berdoa dan Memohon kepada Allah: Sebagai bentuk syukur, melakukan doa dan berdoa bersama setelah berdoa menguatkan hubungan suami istri dalam konteks spiritual.

Konsekuensi dari Pelanggaran

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, melanggar aturan ihram dapat membawa konsekuensi tertentu. Ketika seseorang melakukan pelanggaran, seperti berhubungan suami istri saat ihram, maka ada beberapa langkah yang harus dipertimbangkan:

  1. Denda (Fidyah): Para ulama sependapat bahwa seseorang yang melakukan pelanggaran saat ihram harus memberikan denda yang sesuai, yakni menyembelih hewan atau memberi makan.

  2. Melanjutkan Ibadah: Meski ada pelanggaran, umroh itu tetap harus dilanjutkan dengan penuh keikhlasan dan berharap terhadap pengampunan Allah.

BACA JUGA:   Cara Mendaftar Paspor Online untuk Umroh

Penting untuk memahami bahwa konsekuensi ini bukanlah sesuatu yang mengubah keabsahan umroh, tetapi lebih keupayaan untuk menjaga kesucian ibadah.

Kesimpulan

Ibadah umroh adalah momen yang sangat istimewa bagi setiap Muslim. Dalam konteks hubungan suami istri, ada beberapa aturan yang harus diingat agar ibadah tetap bersih dan terjaga. Hubungan fisik diizinkan, tetapi niat dan pelaksanaan ibadah harus tetap menjadi prioritas utama. Dengan memahami hukum dan etika, pasangan suami istri dapat melaksanakan umroh dengan baik dan juga menjaga keharmonisan dalam hubungan mereka.