Skip to content
Home ยป Haji Mabrur: Makna, Kriteria, dan Perbedaannya dengan Haji Maqdul dan Mardud

Haji Mabrur: Makna, Kriteria, dan Perbedaannya dengan Haji Maqdul dan Mardud

Haji Mabrur: Makna, Kriteria, dan Perbedaannya dengan Haji Maqdul dan Mardud

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu. Di balik pelaksanaan haji yang agung ini, ada berbagai istilah yang sering diangkat dalam diskusi-diskusi keagamaan, khususnya mengenai haji yang diterima oleh Allah, yakni haji mabrur, serta perbandingannya dengan haji maqbul dan haji mardud. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri kriteria dari haji mabrur, serta perbedaan mendasar antara ketiga istilah tersebut.

Apa itu Haji Mabrur?

Haji mabrur merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut haji yang diterima oleh Allah SWT. Secara bahasa, "mabrur" berarti "yang diterima" atau "yang baik". Dalam konteks haji, mabrur merujuk pada pelaksanaan ibadah haji yang tidak hanya dilaksanakan sesuai dengan tata cara, tetapi juga dilakukan dengan niat yang ikhlas dan diiringi dengan amal saleh. Menurut Nabi Muhammad SAW, dalam salah satu hadits, "Haji yang mabrur itu tidak ada balasan baginya melainkan surga." (HR Bukhari dan Muslim).

Ciri-Ciri Haji Mabrur

Agar suatu ibadah haji dapat disebut sebagai haji mabrur, ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan:

  1. Niat yang Ikhlas: Haji dilaksanakan semata-mata karena Allah tanpa ada niatan lain, seperti riya atau untuk mendapatkan pujian dari orang lain.

  2. Amal Saleh Setelah Haji: Haji mabrur akan tercermin dari perubahan perilaku jemaah haji setelah kembali dari tanah suci. Mereka seharusnya lebih taat beribadah, lebih sabar, dan lebih peka terhadap lingkungan.

  3. Ketaatan pada Syariat: Selama ibadah, jemaah haji harus mematuhi semua syarat dan rukun haji dengan sebenar-benarnya, serta meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.

  4. Doa yang Tulus: Melakukan doa dengan penuh kesungguhan di tempat-tempat yang mustajab, seperti di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, diyakini dapat membawa kepada mabrur.

BACA JUGA:   Alur Perjalanan Ibadah Haji

Haji Maqbul: Haji yang Diterima

Istilah "maqbul" berakar dari kata "qabul" yang berarti diterima. Haji maqbul merujuk kepada haji yang pada prinsipnya sudah diterima oleh Allah SWT. Namun, istilah ini tidak menunjukkan secercah eksklusif yang sama dengan haji mabrur. Dalam konteks ini, bisa saja haji maqbul merujuk kepada jemaah haji yang secara teknis memenuhi semua syarat, namun mungkin belum sepenuhnya melakukannya dengan niat yang ikhlas atau amal yang saleh.

Perbedaan Antara Maqbul dan Mabrur

Walaupun keduanya mengarah kepada diterimanya ibadah haji, ciri yang membedakan haji maqbul dan mabrur terletak pada amal dan perubahan setelah pelaksanaan:

  • Maqbul: Diterima dalam konteks pelaksanaan, tetapi tidak ada jaminan surga seperti pada haji mabrur.
  • Mabrur: Lebih menekankan pada amal dan perubahan perilaku yang jelas, menunjukkan tanda ketaatan yang lebih dalam kepada Allah setelah kembali.

Haji Mardud: Haji yang Ditolak

Menghindari haji yang mardud atau ditolak tentu menjadi harapan setiap jemaah haji. Haji mardud adalah haji yang tidak diterima oleh Allah karena berbagai alasan, baik yang berkaitan dengan niat, pelaksanaan, maupun kelalaian.

Kriteria Haji Mardud

Beberapa ciri yang menandakan bahwa haji seorang jemaah bisa dianggap mardud antara lain:

  1. Niat Tidak Ikhlas: Jika dalam pelaksanaan haji terdapat niatan yang tidak tulus, seperti ingin pamer, maka niat ini dapat menjadikan haji menjadi mardud.

  2. Pelaksanaan yang Salah: Jika rukun-rukun haji tidak dilaksanakan dengan benar, seperti tidak melaksanakan tawaf, wukuf, atau jamarat dengan baik, maka haji tersebut berpotensi ditolak.

  3. Perilaku Sebelum dan Setelah: Jika tidak ada perubahan positif pada perilaku jemaah, seperti tetap melakukan perbuatan dosa, maka ada kemungkinan haji tersebut mardud.

  4. Melanggar Ahlak: Melakukan perbuatan yang melanggar syariat selama pelaksanaan haji, seperti merusak etika dan norma sosial, juga dapat menjadikan haji mardud.

BACA JUGA:   Cara Mendaftar Menjadi Panitia Haji

Pandangan para Ulama tentang Haji Mabrur, Maqbul dan Mardud

Dalam berbagai literatur klasik dan kontemporer, para ulama telah banyak membahas perbedaan serta makna dari ketiga istilah ini. Pendapat mereka sangat beragam dan menggambarkan kedalaman pemahaman Islam mengenai ibadah haji.

Tulis Al-Ghazali

Imam Al-Ghazali dalam bukunya "Ihya’ Ulumuddin" mengungkapkan bahwa haji mabrur adalah puncak dari pengabdian kepada Allah. Selain itu, beliau menekankan pentingnya hasil dari pelaksanaan ibadah haji yang seharusnya membuah perubahan positif dalam diri seorang Muslim. Dalam pandangannya, amal setelah haji adalah indikator nyata dari kesuksesan haji.

Tulis Ibn Kathir

Ibn Kathir juga mengupas tuntas tentang haji dalam tafsirnya, menyoroti pentingnya melakukan ibadah haji dengan niat yang tulus dan berdoa agar menjadi salah satu dari haji mabrur. Beliau menekankan bahwa seorang hamba perlu terus menerus positif berdoa dan beribadah setelah menjalani ibadah haji untuk menjaga keberkahan tersebut.

Haji Mabrur dalam Kehidupan Sehari-hari

Haji mabrur bukan hanya sekadar label yang menyertai pelaksanaan ibadah haji, tetapi lebih sebagai panduan bagi kehidupan sehari-hari. Seorang Muslim yang telah menunaikan haji mabrur diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai yang diperoleh selama di tanah suci dalam kehidupan sehari-harinya.

Implementasi Nilai Masjidil Haram

Nilai-nilai yang ada di Masjidil Haram, seperti ukhuwah Islamiyah, kesederhanaan, dan rasa syukur, harus diimplementasikan di tengah masyarakat. Seorang Muslim diharapkan untuk menjadi panutan dan membawa perubahan positif, baik dalam keluarga, lingkungan sekitar, maupun di masyarakat luas.

Perjuangan Ibadah berkala

Setelah pulang dari haji, jemaah diharapkan terus menerus menjalani ibadah harian seperti shalat lima waktu, zakat, sedekah, dan ibadah sunnah lainnya dengan semangat yang baru. Ini merupakan tanda bahwa haji mabrur telah memberikan pengaruh positif yang berarti.

BACA JUGA:   Dalil Berbakti kepada Orang Tua, Pahalanya Seperti Ibadah Haji

Dengan memahami perbedaan antara haji mabrur, maqbul, dan mardud, serta menjadikan nilai-nilai haji sebagai panduan hidup, diharapkan setiap jemaah haji dapat menjadi pribadi yang lebih baik, bertaqwa kepada Allah, serta berkontribusi positif bagi umat dan masyarakat luas.