Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki kedudukan penting dalam syariat. Dalam Al-Qur’an, perintah untuk melaksanakan zakat sering muncul berdampingan dengan perintah-perintah lainnya, seperti shalat, puasa, dan berbuat baik. Artikel ini akan mengupas keterkaitan dan makna dari pengulangan perintah zakat yang diiringi dengan berbagai perintah lainnya dalam Al-Qur’an.
1. Zakat dalam Konteks Syariat Islam
Zakat secara harfiah berarti "pembersihan" atau "pertumbuhan." Dalam konteks syariat Islam, zakat merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat tertentu untuk mengeluarkan sebagian harta mereka guna membantu mereka yang membutuhkan. Zakat berfungsi sebagai salah satu alat untuk menciptakan keadilan sosial dan memberdayakan ekonomi masyarakat.
Dalam banyak ayat, Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk melaksanakan zakat bersama dengan ibadah lain, seperti shalat. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah ayat 43, Allah berfirman:
"Dan dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat; dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku."
Ayat ini menunjukkan bahwa zakat bukan hanya sekadar kewajiban sosial, tetapi juga merupakan bagian integral dari iman seorang Muslim.

2. Zakat dan Shalat: Dua Pilar Utama Ibadah
Apa alasan di balik penggabungan perintah zakat dan shalat dalam Al-Qur’an? Pertama-tama, kedua ibadah ini saling melengkapi. Shalat adalah wujud penghambaan kepada Allah, sedangkan zakat adalah wujud kepedulian terhadap sesama. Keduanya menekankan pentingnya hubungan antara individu dengan Allah dan antara individu dengan masyarakat.
Dalam Al-Qur’an, perintah untuk melaksanakan shalat sering kali diikuti oleh perintah untuk membayar zakat. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya harus dijalankan secara berkesinambungan. Melaksanakan shalat tanpa menyertakan zakat akan menjadikan ibadah tersebut tidak sempurna, karena iman yang sejati tidak hanya terlihat dalam hubungan vertical antara manusia dengan Allah, tetapi juga dalam hubungan horizontal antara manusia satu sama lain.
3. Zakat bersama dengan Perintah Berbuat Baik
Keterkaitan antara zakat dan perintah untuk berbuat baik juga sangat kuat dalam Al-Qur’an. Allah SWT mendorong umat-Nya untuk tidak hanya memenuhi kewajiban zakat, tetapi juga untuk berbuat baik dalam segala aspek kehidupan. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 177, Allah berfirman:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu, tetapi yang baik adalah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, kitab, dan nabi-nabi dan memberi harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, musafir, pengemis, dan memerdekakan budak; dan yang mendirikan shalat serta memberi zakat…"
Ayat ini menggarisbawahi bahwa zakat bukan hanya sebuah kewajiban finansial, tetapi juga bagian dari pengamalan nilai-nilai moral dan etika. Berbuat baik kepada sesama adalah manifestasi dari keimanan yang otentik.
4. Zakat sebagai Instrumen Pembangunan Ekonomi
Penerapan zakat bukan hanya berdampak sosial, tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Dalam pandangan Islam, setiap harta yang kita miliki adalah amanah dari Allah, dan zakat merupakan pengeluaran yang tidak hanya bermanfaat bagi orang yang menerimanya tetapi juga bagi perekonomian secara keseluruhan.
Ketika zakat dikeluarkan, ia akan berputar kembali dalam masyarakat. Misalnya, dana zakat yang diberikan kepada orang miskin bisa digunakan untuk membeli makanan, yang pada gilirannya mendukung petani dan pedagang. Dan, kebangkitan ekonomi yang sehat akan membawa masyarakat menuju keadaan yang lebih baik secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, Al-Qur’an sering kali mengingatkan kita bahwa harta yang kita miliki tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, perintah zakat dalam Al-Qur’an sering kali diiringi dengan anjuran untuk memperhatikan keadaan masyarakat.
5. Zakat dan Kepemimpinan Sosial
Al-Qur’an menjelaskan bahwa pemimpin atau penguasa juga memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan zakat. Dalam banyak ayat, Allah SWT mengingatkan bahwa pemimpin harus memastikan bahwa zakat dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Tawbah ayat 60, Allah berfirman:
"Sesungguhnya, zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, miskin, yang mengurusnya (amil zakat), yang mempertalikan hati mereka, untuk hamba sahaya, untuk orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang dalam perjalanan…"
Ayat di atas menegaskan pentingnya manajemen zakat yang baik, di mana pemimpin harus menjadi penggerak dalam memastikan distribusi zakat sampai kepada yang membutuhkan. Dengan demikian, zakat tidak hanya menjadi tanggung jawab individu tetapi juga kolektif dalam masyarakat yang lebih luas.
6. Memahami Makna Spiritual Zakat
Selain dari sudut pandang ekonomis dan sosial, zakat juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Dalam banyak ajaran Islam, zakat dianggap sebagai wujud pengabdian dan ketundukan seorang hamba kepada Allah SWT. Dengan membayar zakat, seseorang tidak hanya membersihkan hartanya tetapi juga membersihkan hatinya dari sifat kikir dan tamak.
Terdapat banyak hadis yang menekankan nilai spiritual dari zakat. Misalnya, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Zakat adalah salah satu dari rukun Islam, yang tidak akan lengkap iman seseorang tanpa melaksanakan zakat.” Ini menunjukkan bahwa zakat tidak hanya sekadar kewajiban, tetapi juga merupakan ungkapan dari kecintaan kita terhadap Allah dan sesama.
Lebih jauh, dengan melaksanakan zakat, individu diharapkan akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin. Keterlibatan dalam tindakan sosial melalui zakat dapat memperkuat rasa saling puji dalam komunitas, yang juga mendekatkan hubungan antara individu dan Allah.
7. Peran Zakat dalam Menangani Ketidakadilan Sosial
Dalam rangka menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera, zakat memainkan peran penting dalam menangani ketidakadilan social. Ketika seorang yang kaya melaksanakan zakat dengan ikhlas, maka ia berkontribusi untuk mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin.
Dalam Surah Al-Ma’un, Allah menegaskan pentingnya kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan dan mengapa tindakan tersebut merupakan bagian dari iman yang sejati. Dengan membayar zakat, seorang Muslim membantu menciptakan kesempatan bagi orang-orang yang kurang beruntung untuk memperbaiki kehidupannya, baik melalui pendidikan, kebutuhan dasar, maupun dukungan sosial.
Zakat yang digulirkan dengan baik dan tepat sasaran mampu memberikan dampak yang jauh lebih luas bagi masyarakat. Sehingga, perintah zakat yang seringkali bersanding dengan perintah lainnya dalam Al-Qur’an, tidak hanya menjadi anjuran ritual semata, tetapi juga memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi dan relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah analisis mengenai perintah zakat dalam Al-Qur’an yang sering kali berdampingan dengan perintah-perintah lainnya. Pemahaman yang mendalam tentang hal ini diharapkan dapat mendorong kita untuk lebih aktif dalam melaksanakan kewajiban zakat dan menjadikan nilai-nilai sosial sebagai bagian dari identitas kita sebagai seorang Muslim.
