Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki peran penting dalam kehidupan setiap Muslim. Di dalam fikih Islam, zakat memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah zakat mal (harta). Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai siapa yang lebih wajib dalam mengeluarkan zakat antara suami atau istri. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan secara detail tentang kewajiban zakat, siapa yang wajib berzakat, dan pandangan ulama mengenai isu ini.
Apa Itu Zakat?
Zakat berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘membersihkan’ atau ‘tumbuh’. Dalam konteks Islam, zakat adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang Muslim untuk diberikan kepada yang berhak (mustahik) dengan tujuan membersihkan harta dan mengurangi kesenjangan sosial. Zakat menjadi salah satu bentuk kewajiban sosial yang mengikat setiap Muslim yang mampu.
Zakat terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya zakat fitrah, zakat mal, dan zakat penghasilan. Zakat mal sendiri mencakup harta seperti emas, perak, makanan, atau berupa uang yang telah memenuhi nisab (batas minimal harta yang harus dikeluarkan zakat) dan telah dimiliki selama satu tahun hijriah.

Kewajiban Zakat dalam Keluarga
Dalam konteks keluarga, pertanyaannya adalah siapa yang lebih utama atau lebih diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, suami atau istri? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami peran masing-masing dalam keluarga dan kewajiban finansial mereka.
Peran Suami dalam Keluarga
Sesuai dengan ajaran Islam, suami memiliki tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan keluarga, baik secara materi maupun spiritual. Kewajiban suami meliputi memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak, mengasuh, dan melindungi mereka. Dalam hal ini, suami menjadi pengelola keuangan keluarga dan, biasanya, dia juga yang memiliki dan mengumpulkan harta yang lebih banyak.
Dengan tanggung jawab ini, suami juga berkewajiban untuk mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya. Jika suami memiliki harta yang cukup, maka dia wajib membayar zakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Peran Istri dalam Keluarga
Di sisi lain, istri juga memiliki peran yang sangat penting dalam rumah tangga. Dalam banyak kasus, istri tidak hanya mengurus rumah tangga, tetapi juga turut serta dalam mencari nafkah, baik dengan bekerja di luar rumah atau berkontribusi dalam bisnis keluarga. Oleh karena itu, istri juga perlu memahami kewajibannya dalam zakat, terutama jika ia memiliki harta yang harus dikeluarkan zakatnya.
Siapa yang Wajib Berzakat?
Dalam perspektif agama Islam, setiap individu yang memenuhi syarat tertentu diwajibkan untuk berzakat. Syarat tersebut meliputi:
- Muslim: Hanya Muslim yang wajib berzakat.
- Sempurna Akal dan Baligh: Seorang anak yang belum baligh tidak diwajibkan untuk berzakat.
- Memiliki Harta yang Cukup: Seseorang diwajibkan berzakat jika memiliki harta yang telah mencapai nisab dan telah dimiliki selama satu tahun.
Ketentuan di atas berlaku bagi baik suami maupun istri. Jadi, baik suami maupun istri yang memiliki harta berlebih berhak dan berkewajiban untuk mengeluarkan zakat.
Pandangan Ulama Terkait Zakat Suami dan Istri
Berbagai pendapat ulama mengenai kewajiban zakat dari suami dan istri memperlihatkan pentingnya konteks di dalam keluarga. Sebagian ulama mendukung bahwa suami wajib berzakat karena posisi tanggung jawabnya, sedangkan istri juga memiliki posisi yang tidak kalah penting.
Pendapat Pertama: Suami Lebih Wajib
Pendapat ini menyatakan bahwa karena suami adalah kepala keluarga yang memegang tanggung jawab, maka dia yang lebih diutamakan untuk mengeluarkan zakat. Tanggung jawab ini dapat mencakup zakat mal dari seluruh harta yang dimiliki keluarga.
Pendapat Kedua: Kewajiban Individu
Pandangan ini menekankan bahwa setiap individu, baik suami maupun istri, memiliki kewajiban yang sama dalam berzakat berdasarkan harta mereka masing-masing. Jika istri memiliki harta pribadi yang wajib dikeluarkan zakatnya, maka dia berkewajiban untuk membayar zakat tersebut tanpa menunggu suami.
Pendapat Ketiga: Kolaborasi dalam Keluarga
Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa seharusnya suami dan istri saling kolaborasi dalam mengeluarkan zakat. Suami akan mengeluarkan zakat dari hartanya, dan istri pun segera mengeluarkan zakat dari hartanya. Hal ini menciptakan kesadaran bersama akan pentingnya zakat dan memperkuat hubungan keduanya dalam menjalani perintah agama.
Tahapan Mengeluarkan Zakat
Mengeluarkan zakat secara benar adalah hal yang sangat penting. Berikut adalah tahapan yang dapat dilakukan dalam mengeluarkan zakat:
1. Menentukan Nisab
Nisab adalah batas minimal harta yang mengharuskan seseorang untuk membayar zakat. Untuk zakat mal, nisab biasanya ditentukan dengan nilai 85 gram emas atau 595 gram perak. Pastikan untuk memeriksa harga emas dan perak terbaru agar mendapatkan angka yang tepat.
2. Menghitung Total Harta
Setelah mengetahui nisab, langkah selanjutnya adalah menghitung total harta yang dimiliki. Ini termasuk harta tunai, aset investasi, emas, perak, dan barang berharga lainnya.
3. Menghitung Zakat yang Harus Dikeluarkan
Zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% dari total harta yang telah mencapai nisab. Misalnya, jika total harta adalah 100 juta, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 juta.
4. Menentukan Penerima Zakat
Zakat harus disalurkan kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan syariat, seperti fakir, miskin, amil zakat, yang terlibat dalam dakwah, dan lain-lain. Pastikan zakat diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.
5. Menyalurkan Zakat
Terakhir, salurkan zakat dengan cara yang benar dan transparan. Banyak lembaga zakat resmi yang dapat dipercaya dan dapat memfasilitasi penyaluran zakat dengan baik.
Kesadaran Berzakat dalam Keluarga
Kesadaran akan pentingnya berzakat harus ditanamkan dalam keluarga. Bukan hanya sekadar pemenuhan kewajiban agama, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Diskusikan pentingnya zakat dengan pasangan dan ajarkan kepada anak-anak nilai-nilai kepedulian sosial.
Dengan secara aktif terlibat dalam zakat, keluarga akan lebih merasakan dampak positifnya, baik secara spiritual maupun sosial. Mengajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan zakat juga dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian pada lingkungan sekitar.
Mengeluarkan zakat bukan hanya sekedar kewajiban, tetapi juga cara untuk mendapatkan berkah dan pahala dari Allah SWT. Dengan demikian, baik suami maupun istri harus memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dalam berzakat demi kebaikan bersama.
